AmanImanImun.com – Dalam beberapa minggu terakhir, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mencatat adanya peningkatan kasus chikungunya di sejumlah wilayah Indonesia. Penyakit yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus ini sering disangka demam berdarah karena gejalanya mirip. Namun, ada ciri khas yang membedakannya dan penting untuk dikenali, terutama bagi generasi muda yang aktif beraktivitas di luar ruangan.
Apa Itu Chikungunya?
Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Nama “chikungunya” berasal dari bahasa Makonde di Afrika Timur, yang berarti “membungkuk” — menggambarkan postur tubuh penderita akibat nyeri sendi parah yang ditimbulkan. Meskipun jarang menyebabkan kematian, penyakit ini bisa mengganggu aktivitas sehari-hari selama berminggu-minggu.
Gejala yang Perlu Diwaspadai
Gejala chikungunya biasanya muncul 4–8 hari setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi. Beberapa tanda yang umum meliputi:
-
Demam tinggi mendadak (hingga 39–40°C)
-
Nyeri sendi hebat, sering di pergelangan tangan, lutut, atau pergelangan kaki
-
Sakit kepala dan nyeri otot
-
Ruam kemerahan di kulit
-
Kelelahan ekstrem yang membuat sulit beraktivitas
Perbedaan utama dengan demam berdarah adalah penderita chikungunya umumnya tidak mengalami penurunan trombosit drastis. Namun, pemeriksaan medis tetap diperlukan untuk memastikan diagnosis.
Ahli epidemiologi menyebut, peningkatan kasus chikungunya dipengaruhi oleh faktor cuaca dan lingkungan. Musim hujan memicu genangan air yang menjadi tempat berkembang biak nyamuk Aedes. Selain itu, perubahan iklim dan mobilitas penduduk yang tinggi memperluas penyebaran virus ke wilayah baru.
Hingga kini belum ada obat atau vaksin spesifik untuk chikungunya. Pengobatan hanya bersifat suportif, seperti istirahat cukup, hidrasi yang baik, dan konsumsi obat pereda nyeri sesuai anjuran dokter. Oleh karena itu, pencegahan menjadi kunci:
-
Menguras, menutup, dan mendaur ulang tempat penampungan air (3M Plus)
-
Menggunakan lotion anti nyamuk saat beraktivitas di luar ruangan
-
Memasang kelambu atau kasa nyamuk di rumah
-
Menjaga kebersihan lingkungan agar tidak ada genangan air
Generasi usia 20–35 tahun sering menganggap diri sehat dan tahan penyakit, namun chikungunya bisa menyerang siapa saja. Dengan mengenali gejalanya sejak awal dan menjaga kebersihan lingkungan, risiko penularan dapat ditekan.
Peningkatan kasus ini menjadi pengingat bahwa penyakit tropis masih menjadi ancaman nyata di Indonesia. Bijak dalam melindungi diri bukan hanya demi kesehatan pribadi, tetapi juga untuk melindungi keluarga dan lingkungan sekitar.