Beranda » Jangan Keseringan Scroll Video Pendek Bila Tak Ingin Rasakan Dampak Serius Ini ke Otak

Jangan Keseringan Scroll Video Pendek Bila Tak Ingin Rasakan Dampak Serius Ini ke Otak

by Geralda talitha

AmanImanImun.com – Di era TikTok, Reels, dan YouTube Shorts, kebiasaan nonton video pendek sudah jadi bagian dari hidup banyak anak muda. Sekali buka aplikasi, niatnya cuma lima menit, tapi tahu-tahu sudah satu jam lebih scrolling nonstop. Meski kelihatannya sepele dan menghibur, terlalu sering menonton video pendek ternyata punya efek serius pada cara kerja otak kita.

Pertama, otak jadi terbiasa dengan dopamine hit yang cepat. Setiap kali nonton video singkat yang lucu atau menarik, otak melepaskan dopamin—hormon yang bikin kita merasa senang.

Masalahnya, video pendek memberikan rangsangan ini secara instan dan terus-menerus. Akhirnya, otak jadi menagih sensasi cepat tersebut dan mulai kehilangan kesabaran untuk hal-hal yang membutuhkan fokus panjang, seperti membaca artikel, belajar, atau menonton film berdurasi lama.

Inilah alasan kenapa sekarang banyak orang merasa gampang bosan atau sulit konsentrasi. Kita jadi kebiasaan pengin “pindah ke yang berikutnya” karena terbiasa mendapat hiburan dalam hitungan detik.

Kalau dilakukan terus-menerus, otak bisa mengalami attention fragmentation atau fragmentasi perhatian—di mana fokus mudah pecah dan sulit bertahan di satu tugas.

Selain itu, konsumsi video pendek secara berlebih bisa memengaruhi memori kerja (working memory). Ketika otak dipaksa menerima terlalu banyak informasi cepat, ia tidak punya waktu untuk menyimpan atau mengolahnya.

Akibatnya, kemampuan mengingat jangka pendek menurun. Pernah nggak merasa habis nonton ratusan video, tapi nggak ingat satu pun isinya? Nah, itu salah satu gejalanya.

Dampak lain yang sering tidak disadari adalah perbandingan sosial dan stres. Algoritma media sosial cenderung menampilkan konten yang serba sempurna: hidup ideal, karier mulus, tubuh bagus, atau gaya hidup mewah.

Meski durasinya cuma 10-20 detik, paparan rutin ke konten semacam ini bisa memicu self-comparison yang bikin kepercayaan diri menurun tanpa sadar.

Tidak berhenti di situ, kebiasaan scrolling sebelum tidur juga mengganggu kualitas tidur. Cahaya biru dari layar membuat otak mengira bahwa masih siang, sehingga produksi melatonin (hormon tidur) berkurang.

Ditambah lagi, konten yang stimulatif membuat otak tetap aktif, meski tubuh sudah capek. Hasilnya? Susah tidur, tidur tidak nyenyak, atau bangun dalam kondisi lelah.

Tentu saja bukan berarti video pendek itu berbahaya sepenuhnya. Banyak konten edukatif atau inspiratif yang manfaatnya jelas. Yang perlu diwaspadai adalah intensitas dan durasinya.

Mengatur waktu screen time, memilih konten yang sehat, dan menyelipkan aktivitas yang butuh fokus panjang bisa membantu menyeimbangkan stimulasi otak.

Pada akhirnya, efek keseringan menonton video pendek pada otak bukan tentang “boleh atau tidak”, tapi bagaimana kita menjaga pola konsumsi digital supaya tetap sehat. Nikmati videonya, tapi tetap ingat bahwa otak kita butuh istirahat dan variasi aktivitas—bukan hanya dopamine instan dari scrolling tanpa henti.

related posts

Leave a Comment