AmanImanImun.com – Terkini, negara Rwanda di Afrika menghadapi tantangan berat menyusul munculnya wabah virus Marburg yang mematikan. Menurut laporan yang dikeluarkan oleh pejabat kesehatan lokal pada Jumat (27/9/2024), sejauh ini telah teridentifikasi 26 kasus positif, di mana enam di antara mereka telah berpulang. M
enteri Kesehatan Sabin Nsanzimana mengutarakan, “Kami menghitung ada 20 orang yang terinfeksi, dan enam orang telah meninggal dunia karena virus ini. Sebagian besar kasus dan kematian terjadi di kalangan petugas kesehatan, terutama di unit perawatan intensif,” hal ini disampaikan dalam pengumumannya yang dilansir dari sumber berita internasional ternama.
Selama berjam-jam, seluruh perhatian dunia tertuju pada wabah virus Marburgyang berlangsung di Rwanda, yang kini menjadi fokus utama bagi respon internasional terhadap penangananvirus Marburg. Sebagai langkah responsif, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dengan cepat memobilisasi sumber daya medis yang disediakan untuk mendukung Rwanda dalam menghambat laju penyebaran virus mematikan ini.
Dr. Matshidiso Moeti, yang adalah Direktur Regional WHO untuk Afrika, menegaskan, “Kami dengan cepat mengatur semua aspek respons wabah yang kritis untuk mendukung Rwanda menghentikan penyebaran virus ini dengan cepat dan efektif.”
Patut dipahami bahwa virus Marburg adalah penyakit demam hemoragik langka namun parah yang menargetkan manusia dan primata lainnya seperti kera dan monyet.
Ciri khas dari gejala infeksi Marburg meliputi munculnya tanda-tanda awal yang serius seperti demam tinggi, sakit kepala yang intens, dan kelelahan mendalam. Dalam kasus yang maju, gejala dapat berkembang menjadi hemoragik dengan risiko kefatalan tinggi.
Transmisi virus Marburg ke manusia paling sering terjadi melalui kontak dengan kelelawar pembawa, dan dapat menyebar antar manusia melalui kontak langsung dengan cairan dari individu yang sudah terjangkit.
Memahami penularan Marburg ke manusia adalah kunci dalam merumuskan strategi efektif untuk pencegahan virus Marburg.
Di lapangan, langkah-langkah pencegahan dan pengendalian infeksi sedang diintensifkan. Menyikapi kasus ini, Kedutaan Besar Amerika Serikat di Rwanda telah mengambil inisiatif preventif dengan merekomendasikan kepada karyawannya untuk bekerja dari rumah sebagai upaya memutus rantai penularan.
Dalam menghadapi situasi ini, diperlukan suatu outbreak response Marburg virus yang komprehensif. Upaya ini mengharuskan koordinasi yang erat antara negara tetangga untuk memastikan skrining dan tindakan segera.
Hal ini berarti, pengiriman bantuan klinis dan perbekalan pencegahan serta perangkat pengendalian infeksi oleh WHO ke Kigali adalah bagian penting dari upaya kesiapsiagaan global dalam merespon ancaman kesehatan masyarakat seperti wabah virus Marburg ini.
Karena belum tersedianya vaksin yang efektif, penanganan pasien terinfeksi mayoritas berfokus pada pengobatan suportif termasuk hidrasi, pengelolaan oksigen dan tekanan darah, serta penanganan infeksi sekunder.
Melalui pengawasan yang ketat, pendidikan kepada publik tentang tindakan pencegahan, dan kerja sama antarnegara, dunia berupaya mengatasi wabah ini demi mencegah penyebaran yang lebih luas dan mengurangi angka fatalitas yang berhubungan dengan virus Marburg.
Baca Juga: Prabowo Inisiasi Medical Check-Up Gratis untuk 52 Juta Penduduk Mulai Tahun Depan