AmanImanImun.com – Fenomena job hugging semakin sering dibicarakan ketika membahas pola karier Gen Z di dunia kerja. Istilah ini merujuk pada kecenderungan pekerja untuk bertahan lama di satu posisi atau perusahaan, meskipun peluang untuk berkembang terbuka di luar sana. Jika generasi sebelumnya sering menilai loyalitas kerja sebagai hal positif, pada Gen Z fenomena ini justru menghadirkan perspektif baru yang erat kaitannya dengan zona nyaman dan stres kerja.
Apa Itu Job Hugging?
Job hugging dapat diartikan sebagai sikap “memeluk” pekerjaan yang sudah ada—tidak karena rasa puas sepenuhnya, melainkan demi kenyamanan, stabilitas, atau ketakutan menghadapi tantangan baru. Berbeda dengan job hopping, yaitu kebiasaan sering berpindah pekerjaan untuk mencari pengalaman dan kenaikan jenjang karier, job hugging justru lebih banyak diwarnai rasa enggan mengambil risiko.
Mengapa Gen Z Cenderung Job Hugging?
Ada beberapa faktor yang membuat Gen Z condong ke fenomena ini:
-
Zona Nyaman yang Aman Secara Finansial
Banyak Gen Z menganggap pekerjaan yang stabil lebih penting daripada harus menghadapi ketidakpastian di tempat baru. Rasa aman ini membuat mereka bertahan lebih lama. -
Stres Kerja yang Tinggi
Lingkungan kerja yang penuh tekanan sering kali membuat Gen Z lebih memilih bertahan di posisi yang sudah dikenalnya, meski tidak selalu ideal. Menghindari stres tambahan dianggap lebih penting daripada mengejar peluang baru. -
Kekhawatiran Terhadap Kompetisi
Dalam era digital dengan kompetisi ketat, rasa takut gagal atau tidak mampu bersaing mendorong sebagian anak muda untuk tetap berpegangan pada pekerjaan yang sudah ada.
Dampak Job Hugging terhadap Karier
Fenomena ini memiliki dua sisi. Di satu sisi, job hugging dapat memberi kestabilan finansial, rasa aman, dan pengalaman mendalam di satu bidang. Namun di sisi lain, bertahan terlalu lama di zona nyaman bisa menghambat perkembangan karier, membuat keterampilan tidak berkembang, bahkan memperbesar risiko stagnasi.
Bagaimana Menyikapi Job Hugging?
Untuk pembaca usia 20–35 tahun yang tengah berada di fase produktif, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan agar job hugging tidak menjadi penghambat:
-
Kenali motivasi diri. Apakah bertahan karena benar-benar nyaman, atau karena takut menghadapi perubahan?
-
Bangun keterampilan baru. Walau tidak berpindah pekerjaan, teruslah mengasah diri melalui kursus, proyek tambahan, atau jejaring profesional.
-
Evaluasi stres kerja. Jangan abaikan kesehatan mental. Jika bertahan di satu pekerjaan justru menambah beban, mungkin sudah saatnya mencari lingkungan yang lebih sehat.
-
Keluar dari zona nyaman secara bertahap. Tantangan kecil bisa membantu membuka jalan menuju peluang lebih besar tanpa harus membuat loncatan drastis.
Job hugging di kalangan Gen Z adalah fenomena nyata yang tak bisa dilepaskan dari konteks zona nyaman dan tingginya stres kerja di era modern. Tidak selalu negatif, selama disertai dengan kesadaran untuk tetap berkembang. Pertanyaan terpentingnya adalah: apakah Anda bertahan karena nyaman, atau karena takut melangkah lebih jauh?
