AmanImanImun.com – Kasus bullying (perundungan) belakangan kembali ramai menjadi buah bibir di Indonesia, usai anak dari Vincent Rompies terseret dan disebut menjadi pelaku bullying di sekolahnya.
Kasus bullying yang diduga dilakukan anak Vincent Rompies dan teman-teman satu gengnya ini pertama kali terungkap usai akun @BosPurwa di X, membagikan kronologi dari kasus pembullyan yang menyebabkan salah seorang siswa sekolah internasional di Serpong, Tangerang menjadi korbannya.
Dalam kronologi yang terungkap, disebutkan siswa yang menjadi korban bullying anak Vincent Rompies ini, harus dilakukan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lantaran memiliki sejumlah luka imbas di bully oleh para pelaku.
Terkuaknya kasus bullying ini, tentu harus menjadi perhatian utama para orang tua. Dimana kasus ini menjadi alarm bagi para orang tua untuk lebih memperhatikan dampak bahaya yang bisa terjadi akibat bullying.
Sebab bukan hanya pada fisik, dampak lain yang bisa dirasakan bila anak menjadi korban bullying yaitu dapat berdampak pada sisi psikologis.
Untuk mengetahui apa saja dampak psikologis yang bisa anak rasakan bila menjadi korban bullying, maka penjelasan mengenai dampak psikologis bila anak menjadi korban bullying berikut ini bisa diperhatikan secara detail:
Dampak Psikologis Bila Anak Menjadi Korban Bullying
1. Depresi dan Kecemasan
Salah satu dampak psikologis paling umum dari bullying adalah munculnya depresi dan kecemasan pada anak-anak yang menjadi korban. Rasa takut, kekhawatiran, dan perasaan sedih yang terus-menerus dapat menghantui mereka setiap hari. Anak-anak mungkin mulai merasa tidak aman, baik di sekolah maupun di lingkungan sosial lainnya, yang menyebabkan penurunan kualitas hidup mereka secara keseluruhan.
2. Rendah Diri dan Rasa Malu
Bullying juga dapat merusak harga diri anak-anak. Serangan terus-menerus terhadap aspek-aspek pribadi mereka dapat membuat mereka meragukan nilai diri mereka sendiri. Rasa malu dan perasaan tidak berharga sering kali berkembang, menghalangi kemampuan anak untuk memahami potensi mereka sendiri dan membangun hubungan sosial yang sehat dengan teman-teman sebayanya.
3. Isolasi Sosial dan Kesepian
Pentingnya memiliki hubungan sosial yang sehat dan dukungan dari teman-teman sebaya tidak dapat diabaikan. Namun, bagi anak yang menjadi korban bullying, ini sering kali menjadi tantangan besar. Mereka mungkin menarik diri dari interaksi sosial karena rasa takut dan ketidakpercayaan terhadap orang lain. Hal ini dapat menyebabkan isolasi sosial dan kesepian yang dalam, yang pada gilirannya memperburuk keadaan psikologis mereka.
4. Gangguan Makan dan Tidur
Stres yang terkait dengan bullying juga dapat memengaruhi pola makan dan tidur anak. Beberapa anak mungkin mengalami gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia, sementara yang lain mungkin mengalami kesulitan tidur atau insomnia. Kedua kondisi ini dapat memberikan tekanan tambahan pada kesejahteraan psikologis anak, memperburuk situasi yang sudah sulit akibat bullying.
5. Risiko Pikiran Bunuh Diri
Dalam kasus yang paling ekstrem, anak-anak yang menjadi korban bullying dapat mulai mempertimbangkan pikiran tentang bunuh diri sebagai cara untuk mengakhiri penderitaan yang mereka alami. Pikiran ini merupakan sinyal bahaya yang tidak boleh diabaikan, dan memerlukan perhatian dan intervensi segera dari orang dewasa yang peduli dan mendukung.
Dampak psikologis dari menjadi korban bullying pada anak-anak sangat serius dan dapat berdampak jangka panjang pada kesejahteraan mental mereka. Penting bagi orang tua, pendidik, dan masyarakat secara keseluruhan untuk mengambil tindakan yang serius dalam mencegah dan menangani kasus bullying.
Hanya dengan menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung, kita dapat membantu anak-anak mengatasi dampak psikologis yang ditimbulkan oleh bullying dan memungkinkan mereka untuk tumbuh dan berkembang dengan percaya diri dan kuat.