AmanImanImun.com – Paus Fransiskus meninggal dunia pada usia 88 tahun, sebagaimana diumumkan Vatikan pada Senin (21/4). Penyebab meninggalnya Paus Fransiskus pun juga sudah diungkapkan oleh Vatikan.
Dalam keterangan resminya, Pemimpin Gereja Katolik yang dikenal dengan pendekatan progresif ini tutup usia setelah menderita stroke yang diikuti dengan koma dan gagal jantung.
“Penyebab kematian Paus Fransiskus telah diidentifikasi sebagai stroke, diikuti koma dan kolaps kardiosirkulasi yang tidak dapat disembuhkan,” ungkap dokter Vatikan, Andrea Arcangeli, dalam surat kematian resminya dikutip pada Selasa (22/04).
Vatikan mengonfirmasi kabar duka ini melalui sertifikasi resmi thanatografi elektrokardiografi, yang juga dikeluarkan oleh Arcangeli. Selain itu, Vatikan menerbitkan surat wasiat spiritual Paus yang tertanggal 29 Juni 2022, berisi keinginan terakhirnya.
Dalam surat tersebut, Paus Fransiskus menyampaikan permintaan agar jenazahnya dimakamkan di Basilika Kepausan Santa Maria Maggiore.
“Saya meminta agar jenazah saya beristirahat – menunggu hari Kebangkitan – di Basilika Kepausan Santa Maria Maggiore,” tulisnya, sembari menambahkan bahwa makamnya harus sederhana tanpa ornamen khusus.
Meninggal sehari setelah kemunculannya di balkon utama Basilika Santo Petrus pada Hari Paskah, Minggu (20/4), kepergian Paus Fransiskus meninggalkan duka mendalam bagi umat Katolik dan masyarakat dunia.
Meskipun tidak memimpin langsung Misa Paskah karena kondisi kesehatan yang memburuk, Paus Fransiskus tetap hadir memberikan berkat “Urbi et Orbi” (kepada kota dan dunia).
Pesan Paskahnya yang disampaikan melalui seorang ajudan menyoroti konflik di Gaza. “Saya menyerukan gencatan senjata, pembebasan sandera, dan bantuan bagi mereka yang kelaparan yang mendambakan masa depan damai,” ujar Paus.
Selama dua belas tahun masa kepausannya, Paus Fransiskus dikenal kerap menyuarakan isu-isu kemanusiaan, termasuk perdamaian di Timur Tengah, keadilan sosial, dan perlindungan lingkungan.
Dalam pesan terakhirnya pada Paskah, ia mengutuk tren antisemitisme yang disebutnya “mengkhawatirkan” serta mengungkapkan empati mendalam untuk rakyat Israel dan Palestina.
“Saya menyatakan kedekatan saya dengan penderitaan seluruh rakyat Israel dan Palestina,” ungkapnya.
Paus Fransiskus mengembuskan napas terakhir pada pukul 07:35 waktu setempat. Kardinal Kevin Farrell mengonfirmasi kepergian Paus melalui saluran resmi Vatikan di Telegram.
Sebelum kematiannya, Paus menjalani perawatan intensif selama lebih dari sebulan di Roma akibat pneumonia ganda yang memengaruhi paru-parunya.
Kondisi ini menambah daftar komplikasi kesehatan yang dihadapinya selama masa kepemimpinan sebagai Uskup Roma.
Kepergian Paus Fransiskus menciptakan kekosongan besar di Vatikan. Sepeninggalnya, berbagai penghormatan dan doa datang dari seluruh dunia untuk mengenang pemimpin yang dikenal dengan kerendahan hati dan keteguhannya dalam memperjuangkan nilai-nilai perdamaian dan kemanusiaan.
Dengan segala pesan dan warisan yang ditinggalkannya, Paus Fransiskus akan dikenang sebagai sosok yang menginspirasi dunia untuk terus mengupayakan perdamaian dan persatuan.