Beranda » Indonesia Krisis Dokter Spesialis, Menkes Budi Gunadi Sadikin Dorong Solusi Cepat

Indonesia Krisis Dokter Spesialis, Menkes Budi Gunadi Sadikin Dorong Solusi Cepat

by Geralda talitha
krisis dokter spesialis di Indonesia

AmanImanImun.com – Indonesia tengah menghadapi krisis dokter spesialis yang berdampak serius pada pelayanan kesehatan, terutama bagi pasien dengan penyakit kritis.  Salah satu contohnya adalah kasus penyakit jantung bawaan (PJB) pada anak-anak.

Setiap tahun, sekitar 50 ribu bayi lahir dengan kondisi PJB, tetapi hanya 10% dari mereka, sekitar 5 ribu bayi, yang bisa mendapatkan tindakan medis tepat waktu seperti operasi atau kateterisasi. Sisanya terpaksa menunggu, bahkan tanpa kepastian.

Minimnya fasilitas kesehatan di daerah serta kurangnya dokter spesialis menjadi kendala utama. Data dari RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita menunjukkan antrean panjang pasien PJB hingga mencapai 15 bulan pada tahun 2024.

Selain itu, biaya pengobatan yang tinggi serta ketersediaan obat yang tidak konsisten semakin memperburuk situasi. Kondisi ini menggambarkan betapa mendesaknya kebutuhan akan peningkatan jumlah dokter spesialis di Indonesia.

Menteri Kesehatan (menkes), Budi Gunadi Sadikin, menyoroti perbandingan jumlah dokter spesialis di Indonesia dengan negara lain. Inggris, dengan populasi seperlima dari Indonesia, mampu meluluskan hingga 10 ribu dokter spesialis setiap tahun.

Sebaliknya, Indonesia hanya mampu mencetak sekitar 12 ribu dokter spesialis per tahun, angka yang jauh dari ideal.

“Jangankan dengan Inggris, misalnya India, lulusannya itu sekitar 100 ribu setahun padahal penduduknya cuma 5 kalinya kita, kalau seperti India, kita minimal harus nya 20 ribu 25 ribu setahun. Itu yang menunjukkan dibanding negara maju kita kekurangan dibanding negara kaya India yang lebih rendah dari kita saja kekurangan,” ujar Menkes kepada dikutip pada Jumat (31/1).

Untuk mengatasi kekurangan ini, pemerintah memperkenalkan program pendidikan dokter spesialis berbasis rumah sakit (hospital-based). Program ini diharapkan dapat mencetak lebih banyak dokter spesialis yang diwajibkan untuk melayani di daerah, khususnya wilayah dengan akses layanan kesehatan terbatas.

Namun, Menkes Budi menegaskan bahwa program ini membutuhkan waktu dan tidak dapat menyelesaikan masalah secara instan.

Oleh karena itu, langkah-langkah jangka pendek juga diambil, termasuk menjalin kerja sama internasional.

Pemerintah telah menggandeng dokter-dokter dari Arab Saudi dan India untuk membantu menangani pasien di Indonesia.

Langkah ini dilakukan sebagai solusi darurat untuk mengurangi angka kematian akibat penyakit kritis, seperti penyakit jantung yang menyumbang hingga 500 ribu kasus kematian setiap tahunnya.

“Karena masa kita mau diam saja dan menunggu anak-anak kita meninggal? Oleh karena itu, perlu ada percepatan seperti dengan Arab Saudi dan India saat ini,” tegas Menkes.

Krisis dokter spesialis ini menunjukkan perlunya reformasi besar-besaran dalam sistem pendidikan dan pelayanan kesehatan di Indonesia.

Selain mencetak lebih banyak dokter spesialis, perbaikan infrastruktur dan distribusi tenaga medis ke daerah-daerah menjadi langkah yang tidak bisa diabaikan.

Dengan upaya ini, diharapkan Indonesia dapat mengejar ketertinggalan dan memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik bagi seluruh masyarakat.

related posts

Leave a Comment